ANALISIS WACANA (TEORI VAN DJIK)



RESUME
ANALISIS WACANA (TEORI VAN DJIK)
Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Stubbs (1983:1) mengatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik lisan maupun tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Selanjutnya stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankankajiannya pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antar penutur. Jadi jelasnya analisis wacan bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Yang dimaksud dengan keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakatsecara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa. Kartomiharjo (1999:21) mengungkap bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat.

JENIS-JENIS WACANA (B)



RESUME
JENIS-JENIS WACANA (B)
Menurut Keraf (1995: 7-17) berdasarkan tujuannya, wacana dapat dibedakanmenjadi lima yaitu: (a) wacana deskripsi, (b) wacana narasi, (c) wacana persuasi, (d)wacana argumentasi, dan (e) wacana eksposisi.
Menurut Mulyana (2005: 51-55) jenis-jenis wacana dapat diklasifikasikanmenjadi tiga bagian yaitu:
a.    Berdasarkan Media Penyampaian
1)      Wacana Tulis
Wacana tulis  (written discourse)  adalah jenis wacana yang disampaikanmelalui tulisan.
2)      Wacana Lisan
Wacana lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secaralisan atau langsung dengan bahasa verbal.

JENIS-JENIS WACANA (A)



RESUME
JENIS-JENIS WACANA (A)
1.      Jenis wacana berdasarkan tujuan pemaparannya
a.      Wacana Narasi
Wacana narasi adalah salah satu jenis wacana yang menceritakan / mengisahkan sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Ciri-ciri narasi  :
·         Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
·         Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya. atau berupa rekaan
·         Berdasarkan konfliks, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.
·         Memiliki nilai estetika.
·         Menekankan susunan secara kronologis.
Tujuan menulis karangan narasi  yaitu:
·         Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.
·         Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca
·         memberikan hiburan kepada pembaca.

KONTEKS WACANA



RESUME
KONTEKS WACANA
A.    Praanggapan
Menurut George Yule (1996:43) Presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan, yang memiliki presupposisi adalah penutur, bukan kalimat. Menurut  Filmore (1981), dalam setiap percakapan selalu digunakan tingkatan-tingkatan komunikasi yang implisit atau praaggapan dan eksplisit dan ilokusi. Sebagai contoh, ujaran dapat dinilai tidak tidak relevan atau salah bukan hanya dilihat dari segi cara pengungkapan pistiwa yang salah pendeskripsiannya, tetapi juga pada cara membuat peranggapan yang salah. Dari beberapa definisi praanggapan di atas dapat disimpulkan bahwa praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh mitra tutur

KOHESI DAN KOHERENSI



RESUME
KOHESI DAN KOHERENSI
Kohesi memiliki pengertian yaitu hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky, 1976 : 26 dalam Tarigan, 2009 : 93) Sedangkan untuk pengertian koherensi itu sendiri adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978 : 25 dalam Tarigan, 2009 : 100). Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa  (Teun A. Van Dijk dalam Eriyanto, 2001 : 242).

KAJIAN WACANA BAHASA INDONESIA



RESUME
KAJIAN WACANA BAHASA INDONESIA
DAYA PRAGMATIK TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Menurut Purwo ”Pragmatik merupakan salah satu bidang kajian linguistik” (1990: 2). Jadi, dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji makna tuturan dengan cara menghubungkan faktor nonlingual seperti konteks, pengetahuan, komunikasi, serta situasi pemakaian bahasa dalam rangka penggunaan tuturan oleh penutur dan lawan tutur. Makna tuturan dalam pragmatik lebih mengacu pada maksud dan tujuan penutur terhadap tuturannya. Pragmatik pada dasarnya menyelidiki bagaimana makna dibalik tuturan yang terikat pada konteks yang melingkupinya diluar bahasa, sehingga dasar dari pemahaman terhadap pragmatik adalah hubungan antara bahasa dengan konteks.

TEKS, KO-TEKS, KONTEKS



RESUME
TEKS, KO-TEKS, KONTEKS
Teks
Banyak orang mempertukarkan istilah teks  lebih dekat pemaknaannya dengan
bahasa tulis, dan wacana pada bahasa lisan (DedeOetomo, 1993:4 )
ko-teks
Ko-teks menurut (Cooks, 1994) adalah hubungan antar wacana yang merupakan lingkungan kebahasaan yang melingkupi suatu wacana. Dengan begitu makna ujaran ditentukan oleh teks sebelum dan sesudahnya.
Konteks
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan kata depan, kata sifat, kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif. Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan pendengar.

PRASYARAT WACANA



RESUME
PRASYARAT WACANA

Prasyarat Kewacanaan
1.    Topik
Topik merupakan suatu pokok dari sebuah pembicaraan atau sesuatu yang akan menjadi landasan dalam penulisan sebuah wacana
2.    Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino (1988:34)  menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan, kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.

HAKIKAT WACANA



RESUME
HAKIKAT WACANA

·         Pengertian Wacana
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proporsi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. (J.S.Badudu,2000). Sedangkan Menurut Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat  atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates