RESUME
PRASYARAT WACANA
Prasyarat Kewacanaan
1.
Topik
Topik
merupakan suatu pokok dari sebuah pembicaraan atau sesuatu yang akan menjadi
landasan dalam penulisan sebuah wacana
2.
Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan
bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino
(1988:34) menyatakan bahwa wacana yang
baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif
sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi
gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk
sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan, kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk
sesuai dengan kata.
a. Kohesi
gramatikal dibagi menjadi beberapa bagian yang meliputi:
·
Referensi
(pengacuan)
1. Referensi
eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di
luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
2. Referensi
endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana.
Referensi endofora terbagi atas:
a. Referensi
anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu,
mengacu yang sebelah kiri. Contoh: Peringatan HUT ke-66 Indonesia ini akan di
ramaikan dengan pagelaran pesta kembang api.
b. Referensi
katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu
yang sebelah kanan. Contoh: Kamu harus pergi! Ayo, cici cepatlah!
Di lihat dari klasifikasinya, referensi terbagi
atas:
1. Referensi
persona yaitu pengacuan satual lingual berupa pronomina atau kata ganti orang.
Contoh: Firdaus, kamu harus mandi.
Tunggal
|
Jamak
|
|
Persona pertama
|
Aku, saya
|
Kami, kita
|
Persona kedua
|
Kamu, engkau, anda
|
Kalian, kami sekalian
|
Persona ketiga
|
Dia, ia, beliau
|
Mereka
|
2. Referensi
demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk.
Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini,
itu, dan sebagainya
3. Referensi
interogatif yaitu pengacuan satuan lingual berupa kata tanya. Contoh: Kamu mau kemana?
4. Referensi
komparatif yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk membandingkan
satual lingual lain. Contoh: Tidak
berbeda jauh dengan ibunya, Nita orangnya cantik, ramah, dan lemah lembut.
·
Substitusi
( penggantian): Substitusi diartikan sebagai penggantian
satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda.
1. Substitusi
nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa
kata benda. Contoh: Memang Soni mencintai gadis
itu. Wanita itu berasal dari
Surakarta. Pacarnya itu memang
cantik, halus budi bahasanya, dan bersifat keibuan.
2. Substitusi
verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa
kata kerja. Contoh: Soni berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan berobat ke
dokter kemarin sore. Ternyata dia di vonis menderita penyakit kanker. Selain berusaha ke dokter, dia juga tidak lupa
berdoa dan selalu berikhtiar pada
allah.
3. Substitusi
frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang
berupa frasa. Contoh: Hari ini hari
minggu. Mumpung hari libur aku
manfaatkan saja untuk menengok Nenek di desa.
4. Substitusi
klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain
yang berupa klausa. Contoh :
Nida : jika
perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik oleh
orang-orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa
orang-orang tesebut banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik : tampaknya memang begitu!
·
Elipsis
(pelesapan)
Elipsis adalah pelesapan satuan
lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya. Adapun fungsi dari elipsis
yaitu:
1. Untuk
efektifitas kalimat
2. Untuk
mencapai nilai ekkonomis dalam pemakaian bahasa
3. Untuk
mencapai aspek kepaduan wacana
4. Untuk
mengaktifkan pikiran pendengar atau pembaca terhadap sesuatu yang di ungkapkan
dalam satuan kata.
Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan,
ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih.
·
Konjungsi
(perangkaian)
Konjungsi adalah kohesi gramatikal yang dilakukan
dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang
dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf. Macam-macam konjungsi
sebagai berikut:
1.
Sebab-akibat.
Konjungsi
yang digunakan antara lain: karena, sebab, makanya, sehingga, oleh arena itu,
dengan demikian dan sebagainya.
2.
Pertentangan.
Konjungsi
yang digunakan yaitu tetapi dan namun.
3.
Kelebihan
atau eksesif. Hubungan eksesif digunakan untuk
menyatakan kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah. Contoh: Karena tadi
malam kurang istirahat, dia tertidur di dalam kelas. Malah tugasnya belum dikerjakan pula.
4.
Perkecualian
atau eksepsif. Hubungan eksepsif digunakan untuk
menyatakan pengecualian, ditandai dengan konjungsi kecuali. Contoh: Anda tidak
boleh mengkonsumsi obat tersebut kecuali
dengan persetujuan dokter.
5.
Tujuan.
Konjungsi
yang digunakan yaitu: agar dan sehingga
6.
Penambahan
atau aditif. Konjungsi yang digunakan yaitu: dan,
juga, serta, selain itu.
7.
Pilihan
atau alternative. Pilihan digunakan menyatakan pilihan
antara dua hal. Konjungsi yang digunakan yaitu atau dan apa. Contoh: Pelajaran
apa yang lebih kamu suka IPA atau IPS?
8.
Harapan
atau optatif. Konjungsi yang digunakan yaitu semoga,
moga-moga.
9.
Urutan
atau sekuential. Konjungsi yang digunakan yaitu setelah
itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
10.
Syarat.
Konjungsi
yang digunakan yaitu: apabila dan jika. Contoh: Jika bulan ini aku bisa bekerja lebih giat maka gajiku akan
bertambah.
11.
Cara.
Konjungsi
yang digunakan yaitu: dengan cara. Contoh: Mungkin dengan cara seperti ini, aku membantu beban keluarga.
b.
kohesi
leksikal. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata. Kohesi
leksikal meliputi :
1. Pengulangan
atau repetisi
Repetisi merupakan salah
satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat. Hubungan ini
dibentuk dengan mengulang satuan lingual. Contoh: Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat
berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam
kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
2. Sinonimi
Sinonimi merupakan
persamaan makna kata. Contoh: Hari pahlawan diperingati tiap 10
November. Mereka adalah pejuang bangsa yang rela mengorbankan jiwa raga
demi kesatuan Negara Republik Indonesia. Jasa mereka selalu dikenang sepanjang
masa.
3. Antonim
Antonim merupakan
perlawanan kata. Contoh: Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic
Indonesia, warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar membawa sapu, sedangkan yang putra
membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta
meramaikan peringatan tersebut.
4. Hiponim
Hiponim merupakan sebuah
pernyataan yang berpola umum-khusus Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga
di taman. Bermacam-macam bunga diantaranya mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
5. Kolokasi
Kolokasi merupakan sebuah
pernyataan yang berpola khusus-umum. Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada
selembar kertas namanya sekarang tenar. Dari lembaran-lembaran kertas
tersebut di gabung dalam satu buku. Buku tersebut menjadi perbincangan
banyak orang karena banyak dimuat dalam majalah, koran, televisi. Berkat
media massa, namanya menjadi terkenal.
6. Ekuivalensi
Ekuivalensi merupakan
kesejajaran dalam sebuah kalimat. Contoh: Setiap hari aku belajar dengan
rajin. Bu Narti sebagai guruku selain mengajarkan
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga mengajarkan
pendidikan moral.
3.
Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang
satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan
makna yang utuh. Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
a. Penambahan. Sarana
penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya.
b. Repetisi. Penggunaan
repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana.
c. Pronomina.
Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang
d. Sinonimi. penggunaan
sarana koherensi wacana yang berupa sinonimi atau padanan kata (pengulangan
makna).
e. Totalitas Bagian.
Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita
beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Penggunaan sarana koherensif
seperti yang dimaksudkan, terlihat pada contoh berikut ini. Totalitas bagian
bisa diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus.
f. Komparasi
atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana.
Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda.
g. Penekanan. Dengan
sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana.
Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting.
h. Kontras.
i. Simpulan. Dengan
kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga
meningkatkan kekoherensifan wacana
j. Contoh.
Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan
kekoherensifan wacana.
k. Paralelisme.
penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan
wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran
tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
l. Waktu.
Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan
kekoherensifan wacana.
Sumber:
makalah PBSI 2012 B
0 komentar:
Posting Komentar