KAJIAN WACANA BAHASA INDONESIA



RESUME
KAJIAN WACANA BAHASA INDONESIA
DAYA PRAGMATIK TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Menurut Purwo ”Pragmatik merupakan salah satu bidang kajian linguistik” (1990: 2). Jadi, dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji makna tuturan dengan cara menghubungkan faktor nonlingual seperti konteks, pengetahuan, komunikasi, serta situasi pemakaian bahasa dalam rangka penggunaan tuturan oleh penutur dan lawan tutur. Makna tuturan dalam pragmatik lebih mengacu pada maksud dan tujuan penutur terhadap tuturannya. Pragmatik pada dasarnya menyelidiki bagaimana makna dibalik tuturan yang terikat pada konteks yang melingkupinya diluar bahasa, sehingga dasar dari pemahaman terhadap pragmatik adalah hubungan antara bahasa dengan konteks.
 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) jenis-jenis tindak tutur yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten Karanganyar, dan (2) daya pragmatik yang terkandung dalam tindak tutur guru bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah dokumen, peristiwa, dan informan. Pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen, observasi, dan wawancara. data yang berupa peristiwa disini adalah proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII F yang terjadi di SMP Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten Karanganyar; sedangkan yang menjadi informan adalah guru yang melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia tersebut.
Tindak tutur lokusi, yaitu tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur ini dapat disebut sebagai tindak tutur dengan maksud menyampaikan informasi.
a) Siswa : Mpun bu „sudah bu‟
b) Guru : Mengingat berita ingatan kita ingat pada yang disebut
ADIKSIMBA tapi bukan ADIKSIMBA yang dipermasalahkan melainkan fakta dan opini di dalam berita. (D.02/TDGBI- SMP/9/4/2012)
c) Guru : Coba saya tanya dulu, fakta itu apa?
d) Siswa : Kenyataan
e) Guru : Ooo fakta itu kenyataan realita. Itu ke sekolah membawa
dompet (menunjuk siswa yang membawa dompet) (D.04/TDGBI- SMP/9/4/2012)
Tuturan kalimat (b) merupakan tindak tutur lokusi yang bersifat menginformasikan yang terletak pada kalimat bukan ADIKSIMBAdipermasalahkan melainkan fakta dan opini di dalam berita. Tuturan kalimat (e), merupakan tindak tutur representatif yang bersifat menyatakan yang terletak pada kalimat fakta itu kenyataan realita. Seperti pada data berikut.
(a)    merupakan tindak tutur representatif yang bersifat menyatakan yang terletak pada kalimat fakta dan opini di dalam buku paket tiap-tiap siswa berbeda-beda. Tuturan kalimat (g) merupakan tindak tutur direktif yang bersifat menyuruh yang terletak pada kalimat saya suruh membaca satu contoh saja.

Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur untuk melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai bentuk tuturan agar lawan tutur melakukan sesuatu. Seperti pada data berikut.
a) Guru : Fakta dan opini di dalam buku paket tiap-tiap siswa
berbeda-beda bagian yang dicari tentang membaca scanning, ayo cepat pada berita. Mpun ketemu? „sudah ketemu‟
b) Siswa : Mpun bu
c) Guru :Mpun, nanti saya suruh membaca satu contoh saja. Satu
anak satu meja membacakan. Lkse mengko mas, iki buku paket sik mas
‘sudah, nanti saya suruh membaca satu contoh saja. Satu anak satu meja membacakan. Lksnya nanti mas, ini buku paket dulu mas‟
d) Siswa : Wooooo salah
Tuturan kalimat (a) merupakan tindak tutur representatif yang bersifat menyatakan yang terletak pada kalimat fakta dan opini di dalam buku paket tiap-tiap siswa berbeda-beda. Tuturan kalimat (g) merupakan tindak tutur direktif yang bersifat menyuruh yang terletak pada kalimat saya suruh membaca satu contoh saja.

Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan tindak yang menimbulkan efek terhadap lawan tutur.
a)      Guru :
Sudah menemukan berita. Ada faktanya tidak mas? Ada
opininya tidak satu paragraf awal itu? Mau apa yang disebut pendapat bu Dewi lali. Horotokono horotokono… anggerbu Dewi ngomong horotokono mesti bingung kabeh. Apa mas? Tadi sudah diterangkan ada pendapat ada opini. Nek pendapat kuwi realita yang terjadi faktanya yang terjadi. Yen opini kuwi menurut wartawan menurut siapa. Ehhh lha kok malah dingklok, nang wacana kuwi enek pendapat faktane ora? Mboten wonten pendapat, baru ada faktanya yang diberitakan. Bukane tidak ada tapi belum. Mocone ra pati banter, sih banter bu Dewi. Yo kowe mbak? Dengar dulu paragraf pertama.
„Sudah menemukan berita. Ada faktanya tidak mas? Ada opininya tidak satu paragraf awal itu? Tadi apa yang disebut pendapat bu Dewi lupa. Horotokono horotokono… kalau bu Dewi bilang horotokono pasti semuanya bingung. Apa mas? Tadi sudah diterangkan ada pendapat ada opini. Kalau pendapat itu realita yang terjadi faktanya yang terjadi. Kalau opini itu menurut wartawan menurut siapa. Ehhh lha kok malah menunduk, di bacaan itu ada pendapat faktane tidak? Tidak ada pendapat, baru ada faktanya yang diberitakan. Bukannya tidak ada tapi belum. Membacanya tidak terlalu keras, masih keras bu Dewi. Ya kamu mbak? Dengar dulu paragraf pertama.
b)      Siswa:
Pemanfaatan energi nuklir. Kepala kebijakan Uni Eropa
mendukung hak illegal pendayagunakan nuklir.

Tuturan (a)merupakan tindak tutur perlokusi dimana guru mengucapkan kata horotokono tersebut disela pembelajaran untuk mengibur siswa supaya tidak bosan. Efek perlokusi yang diharapkan supaya siswa memperhatikan pelajaran.
Daya pragmatik merupakan kekuatan pesan atau makna tersirat yang terkandung dibalik ujaran, yang mampu menggerakkan mitra tuturnya untuk melakukan apa yang dimaksudkan penutur dibalik ujaran yang dituturkannya.
1)      Memberi informasi yang terdapat pada tuturan kalimat “bukan ADIKSIMBA yang dipermasalahkan melainkan fakta dan opini di dalam berita”
2)      Memengaruhi yang terdapat pada tuturan kalimat “paragraf pertama ditulis didepan” dalam tuturan tersebut mempunyai daya pengaruh yang mempengaruhi siswa supaya siswa menulis ke depan dan teman-teman yang lain tahu .
3)      Menyuruh yang terdapat pada tuturan kalimat mengingat berita, dalam tuturan tersebut guru menyuruh siswa mengingat berita tentang ADIKSIMBA.
4)      Menegur yang terdapat pada tuturan kalimat Lkse mengko mas, iki buku paket sik mas, dalam tuturan tersebut mengandung daya yaitu guru menegur siswa kalau yang dibuka terlebih dahulu adalah buku paket bukan lksnya.
5)      Mengkritik yang terdapat pada tuturan  yang mengandung daya pragmatik mengkritik yang terdapat pada kalimat mocone ra pati banter, sih banter bu Dewi,tuturan tersebut mempunyai maksud guru mengkritik siswa yang membacanya tidak keras dibandingkan dengan guru (bu Dewi).
6)      Menyarankan, guru bermaksud menyarankan siswa yang terdapat pada kalimat memakai kaos kaki sesuai aturan yaitu tepat di bawah lutut, dalam tuturan tersebut guru menyarankan siswa untuk memakai kaos kaki yang sesuai aturan tepat dibawah lutut karena kalau tidak sesuai aturan akan dihukum
7)      Memuji, guru bermaksud memuji siswa yang terdapat dalam kalimat kamu mbak Putri yang cantik, dalam tuturan tersebut guru memuji siswa yang bernama Putri karena guru akan menyuruhnya untuk membaca satu paragraf awal.
8)      Memutuskan , terdapat daya pragmatik yang memutuskan dan terdapat dalam kalimat lain waktu saya kupas lagi tentang daftar pustaka,dalam tuturan tersebut guru memutuskan untuk membahas daftar pustaka dilain waktu karena daftar pustaka sering keluar dalam ujian nasional.
9)      Menyindir, mengandung daya pragmatik yang menyindir yang terdapat pada kalimat Risky mung glandrah sik males-males wegah mikir, dalam tuturan tersebut guru bermaksud menyindir Risky karena kerjaannya melamun tidak mau berfikir seperti temannya, dan efek perlokusi yang diharapkan supaya Risky segera sadar dan ikut berfikir untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
10)  Memarahi, daya pragmatik memarahi yang terdapat pada kalimat lha kok dari tadi rame terus, dalam tuturan tersebut guru bermaksud memarahi siswa karena ramai terus sedangkan pekerjaannya belum selesai yaitu disuruh membaca.

Sumber                   :Rina Yuliana, Muhammad Rohmadi, Raheni Suhita. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2 Nomor 1, April 2013, ISSN I2302-6405 “Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta”

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates